Re-alistis

Sudahkah kamu realistis hari ini?

Sepertinya pagi ini aku kembali akan meluapkan secarik kisah yang sudah aku lalui adanya.
Tapi, sebelumku memulai kisahnya, mari ku tanya kamu, terlebih dahulu.

Pernah tidak, kamu sama merasakan seperti ini; sebuah cerita yang sudah melalui perjalanan panjang, semua cerita yang awalnya mungkin kau kira akan berjalan sesuai rencana-rencana baikmu, sebuah cerita yang kau pikir akan menjadi bagian dari hari-hari menyenangkan mu dikemudian hari, akhirnya harus kau relakan karna ada sebuah keadaan yang digambarkan oleh satu kata "realistis" yang harus berbentur dengan semua rencana-rencana baikmu, pernahkah kau merasakan, kawan?

hmm mari menghela nafas sejenaak.

mari kita lanjutkan dengan keadaan yang sekiranya sudah lebih membaik
Aku pernah mengira sebelum ini, bahwa, bisa saja presentase manusia yang hidup dimuka bumi ini adalah lebih sedikit yang belum pernah merasakan kecewa oleh sebuah pengharapan. atau bahkan mungkin nyaris semua manusia yang sedang bernafas dibumi ini sudah merasakan. Bisa saja, bukan? Kau boleh membantah, itu adalah argumen baikmu, akupun boleh mengatakan demikian seperti ini, berdasarkan sebuah opini baikku.

Lets make our mind up to invite people around us to look them up world is better than before.

Bukankah hidup ini memiliki fase?
Kamu bersama fasemu, dan aku bersama faseku.
Tapi, tidak semua orang pula akan merasakan hal tersebut secara bersamaan. Tidak.
Tidak semua orang pula akan berada fase yang serupa.

Bagiku, mengambil resiko terbesar dalam bagian hidupku tetaplah menjadi sebuah keharusan. Ada beberapa orang dibumi ini yang menjadi kuat dalam zona nyamannya, ada pula yang harus keluar dengan segala konsekuensi pahit yang ada.

As like before i made a big decision, i said that “tidaklah mudah pada posisi ini, aku bisa saja masih tertawa entah bersama siapa bila ku masih menggenggam erat pencapaian di masa lalu. Tapi, akhirnya, tidak semua manusia sekuat yang terlihat, sebaik yang ditampakkan, sememesona yang terpancar. Aku tidaklah baik, ucapku. Aku tidak baik, bukan berarti tidak akan pernah menjadi baik. Tegasku lagi. Resiko terburuk akhirnya sudah ada didepan mataku kini, setelah 2 tahun bertahan. Berpetualang mencari diri yang sebenarnya.”

Kata mereka, hidup cuma sekali. kata mereka pula, hidupmu harus menjadi apa yang bisa kamu ciptakan.

Bagiku kini, hidupku tidaklah mengapa. ada banyak pasang mata yang memandangku acuh, pernah peduli lalu menjadi benci, pernah bersama akhirnya meninggalkan, pernah berdiri bersama walaupun akhirnya mereka sudah berada didepan. lalu, apakah aku tertinggal jauh?

Tetaplah berdiri tegak disini, tetaplah melangkah pada keyakinanmu, bahwa semua yang terjadi akan tetap baik-baik saja.

Bisa jadi kamu merasakan bahwa dunia mu sedang berbalik dari keadaan diawal kamu memulai.

Jadi, apa inti dari tulisan ini?
Tetaplah jadi kawan baik ku, siapa pun yang masih tersisa disampingku kini.
Tetaplah menjadi saksi dari fase terendah yang nantinya akan menjadi kisah yang manis untuk dikenang.

Indah Fitria Annisa
Yogyakarta, Juli 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Naskah Drama durasi 20 Menit - Psikologi Komunikasi -

Analisis Film 3 Idiots - Komunikasi Antar Pribadi - Sekolah Vokasi IPB

Potensi dan Manfaat Buah Naga - Agroindustri - Sekolah Vokasi IPB